Quadruple Screen Test

Quadruple Screen Test atau Multiple Marker Screening/Test atau alpha-fetoprotein (AFP), adalah serangkaian test terhadap bumil yang tujuannya untuk mengetahui adanya kelainan pada ibu dan fetus. Kelainan yang paling disorot adalah Downsyndrome disebabkan kelebihan/kekurangan kromosom.

AFP biasanya ditawarkan kepada bumil yang pada saat EDD berusia 35>. Karena menurut statistik, pada batasan usia tersebut risk fetus terkena downsyndrome adalah 1:500. Selain faktor usia, AFP penting bagi bumil yang genetically punya genetic abnormal, sering keguguran, punya haemophilia, talasemia, dll deh penyakit yang ngeri2 begitu.

AFP dilaksanakan pada minggu ke-14 sampe 20, pada saat hormon maksimum. Diawali dengan pengambilan darah bumil untuk memeriksa level AFP, hCG, uE3, dan inhibin A. Pengambilan darah ini nothing to lose, gag berakibat apa2 pada bumil maupun fetus. Penjelasan ke-4 komponen itu bisa dilihat di buku2, namun, ke-4nya harus berada pada level yang tepat untuk memberi hasil yang diharapkan atau negatif atau fetus normal.Sebaliknya, jika levelnya tinggi dan atau rendah, maka hasil test dinyatakan positip dan fetus dicurigai abnormal.

Jika hasilnya positif (dicurigai downsyndrome), parents-to-be bisa saja berhenti di sini dan memutuskan akan menerima bayi apa adanya begitu lahir. Atau mengambil 1 dari 2 opsi test lanjutan. Tujuannya untuk mengantisipasi tindakan apa saja yang harus dilakukan menghadapi kelahiran bayi yang mungkin abnormal.

Pertama: USG tingkat II, seperti USG biasa dengan tingkat ketelitian lebih besar. Tidak ada resiko sama sekali terhadap bumil dan fetus, namun hasil yang diperoleh kurang akurat.
Kedua: Amniocentesis. Sesuai namanya, pada test kedua ini diambil beberapa sendok makan cairan amnion atau ketuban dengan cara menyuntik perut bumil. Agar jarum gag nyasar kemana2, terutama ke fetus, USG dilakukan bersamaan sebagai pemandu. Hasil yang diperoleh bisa bertolak belakang dengan AFP. Walaupun memberi hasil yang lebih akurat juga beresiko lebih berbahaya lagi berupa: keguguran, preclampsia, lahir premature, dll. Risk nya 1:200 bahkan 1:100

Selain resiko fisik, beban psikis bumil (beserta partner tentunya) tidak kalah berat. Dengan mengandung bayi normal pun, bumil mendapat tekanan fisik dan mental yang cukup melelahkan, apalagi menghadapi kenyataan bahwa fetus yang dikandungnya “kemungkinan” abnormal.

Yang perlu dicatat lagi dari serangkaian test tersebut adalah: “tidak ada sebuah test yang sepenuhnya memberi hasil akurat”

Maka, banyak pasangan hamil lebih tidak memilih rangkaian test tersebut. Sebagian besar berpikir bahwa memperoleh beibi adalah anugerah, so bagaimana pun keadaannya, akan diterima dan dihadapi. Cenderung pasrah? Sebagian lagi menjalani test tersebut untuk alasan yang lebih aktif: “agar bisa mengantisipasi langkah yang harus diambil sebelum beibi lahir”.
Di Amerika termasuk banyak juga bumil yang menjalani AFP. Dan banyak dari mereka lega karena hasilnya negatif. Sebagian lagi menjalani sisa kehamilan dengan perasaan risau karena terbukti beibinya terkena downsyndrom, namun menjadi luar biasa gembira ketika lahir bayinya normal!

Sekali lagi, tidak ada test yang sepenuhnya akurat.

Post a Comment

0 Comments